
Oleh: Zainal C. Airlangga*
Pengantar
Sekitar dua abad lalu, dunia berada di bawah telapak kaki
bangsa Eropa. Hampir semua bangsa masuk ke dalam genggaman kolonialisme
atau penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Kerajaan Inggris pada masa itu,
misalnya, memiliki jajahan di lima benua. Di belakangnya menyusul
Prancis, Spanyol, Portugal, Belanda, dan Jerman. Apa yang baik dan
beradab dibuat berdasarkan nilai-nilai mereka. Segala hal yang
bertentangan dengan nilai-nilai mereka dianggap barbar, tidak beradab,
maka perlu untuk ditaklukkan.
Semboyan yang berkibar kencang pada masa itu adalah gold
(emas), gospel (Injil Kristiani), dan glory (kejayaan). Kekayaan alam
dikeruk habis, dibeli dengan harga murah, bahkan dirampas, lalu dibawa
ke negara-negara Eropa untuk membangun tanah airnya. Di dalam proses
itu, bangsa yang menjadi korban kolonialisme tenggelam dalam kemiskinan,
perang saudara, dan penderitaan yang panjang. Indonesia adalah salah
satu di dalamnya, konon bahkan dijajah hingga 350 tahun. Namun benarkah?
Bagaimana sebuah bangsa begitu “bodohnya” merasa telah dijajah selama
ratusan tahun?
Di balik mitos 350 tahun
Setiap memperingati hari proklamasi Indonesia atau saat
kita belajar sejarah di sekolah SD sampai SMA, ketika ditanya berapa
tahun Indonesia dijajah Belanda, secara serempak kita menjawabnya 350
tahun (3,5 abad). Apakah benar Indonesia dijajah selama 350 tahun?
Selemah atau sepasrah itukah negara yang gemah ripah loh jinawi ini
dijajah selama itu? Mitos ini agaknya perlu dibongkar dan dikritisi
sehingga ada pelurusan sejarah bagi bangsa ini. Sebab, selama berpuluh
tahun kita telah dicekoki dengan informasi yang tidak jelas, bahkan tak
bisa dipertanggungjawabkan secara historis maupun akademis.
Masyarakat memang tidak bisa disalahkan karena anggapan itu
sudah tertulis dalam buku-buku pelajaran sejarah sejak Indonesia
merdeka. Tidak bisa disalahkan juga ketika Bung Karno mengatakan,
“Indonesia dijajah selama 350 tahun!” Sebab, ucapan ini hanya bentuk
propaganda untuk membangkitkan semangat patriotisme dan nasionalisme
rakyat Indonesia saat perang kemerdekaan (1945-1949) menghadapi Belanda
yang ingin kembali menjajah Indonesia. Bung Karno menyatakan propaganda
itu untuk meng-counter ucapan para penguasa Hindia Belanda. De Jong,
misalnya, dengan arogan berkata, “Belanda sudah berkuasa 300 tahun dan
masih akan berkuasa 300 tahun lagi!” Lalu Colijn yang dengan pongah
berkoar, “Belanda tak akan tergoyahkan karena Belanda ini sekuat
(Gunung) Mount Blanc di Alpen.”
Prof Mr GJ Resink, Sejarawan Universitas Indonesia
keturunan Belanda, juga pernah membantah Indonesia pernah dijajah
Belanda selama 350 tahun. Menurut Guru Besar Sejarah kelahiran
Yogyakarta tahun 1911 ini, penjajahan Belanda yang dikatakan selama 350
tahun menguasai Kepulauan Indonesia sebenarnya tidak lebih dari mitos
politik belaka yang tidak bisa bertahan melawan ujian kebenaran sejarah
(selengkapnya bisa dilihat di buku “Bukan 350 Tahun Dijajah” karya GJ
Resink, 2012). Merujuk pada penelitian GJ. Resink dan ucapan para
penguasa Hinda Belanda tersebut, justru yang benar adalah sebaliknya,
yakni Belanda membutuhkan waktu sekitar 300 tahun untuk menaklukkan
seluruh wilayah yang sekarang dikenal bernama Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, kita bisa menghitung berapa
lama sesungguhnya Indonesia dijajah Belanda. Jika awal penjajahan
dihiting tahun 1602 saat berdirinya VOC (BUMN Belanda), maka ditambah
350, kita baru merdeka pada 1952. Jika dihitung tahun 1800 saat
pemerintah Belanda mengambil alih VOC yang bangkrut, ditambah 350 maka
kita baru merdeka tahun 2150. Atau jika dihitung lebih awal lagi saat
pertama kali Belanda datang ke nusantara yaitu di Banten tahun 1596,
jika ditambahkan 350 maka kita merdeka tahun 1946, padahal Belanda
sendiri menjajah kita hingga tahun 1942 itupun diselingi oleh penjajahan
Inggris dan setelah itu Jepang yang menjajah kita (1942-1945).
Bagaimana dengan proklamasi 17 Agustus 1945 dan pengakuan Belanda pada
kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949?
Tidak ada orang yang tahu secara pasti dari mana angka 350
tahun itu. Kalaupun itu dihitung sejak kedatangan pertama kali armada
Belanda pimpinan Cornelis de Houtman pada tahun 1596 seperti yang
disebutkan di atas, saya pikir itu tidak tepat juga. Bukankah saat
pertama kali mereka datang ke Pelabuhan Banten tujuannya hanya
berdagang, bukan melakukan penjajahan? Belanda pada saat itu sama
seperti pedagang-pedagang dari negara lain (Portugis, Spanyol, Inggris,
India, Cina) menjalin hubungan dagang dengan daerah tersebut. Alih-alih
menjajah, mereka bahkan terikat kesepakatan dengan Kerajaan Banten dan
justru mempersembahkan upeti kepada Sultan Banten. Tahun 1613-1645,
Sultan Agung dari Mataram, adalah raja besar yang menguasai seluruh
Jawa, kecuali Banten, Batavia, dan Blambangan. Jadi, tidak bisa
dikatakan Belanda sudah menjajah Pulau Jawa (yang menjadi bagian
Indonesia kemudian).
Selama ratusan tahun dari mulai terbentuknya Hindia Belanda
pascakeruntuhan VOC, Belanda justru harus berusaha keras menaklukkan
berbagai wilayah di Nusantara hingga terciptanya Pax Nederlandica. Tentu
saja tidak mudah. Berbagai perang melawan kolonialisme muncul seperti
Perang Padri (1821-1837), Perang Diponegoro (1825-1830), Perang Aceh
(1873-1907), Perang di Jambi (1833-1907), Perang di Lampung (1834-1856),
Perang di Lombok (1843-1894), Perang Puputan di Bali (1846-1908),
Perang di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (1852-1908),
Perlawanan di Sumatra Utara (1872-1904), Perang di Tanah Batak
(1878-1907), dan Perang Aceh (1873-1912). Peperangan di seluruh
Nusantara itu baru berakhir dengan berakhirnya Perang Aceh tahun 1912,
sehingga orang Aceh hanya mau mengakui mereka dijajah 33 tahun. Jadi,
sebenarnya baru setelah tahun 1912, Belanda benar-benar menjajah seluruh
wilayah yang kemudian menjadi wilayah Republik Indonesia. Namun jangan
lupa pula bahwa antara 1811-1816, Pemerintah Hindia Belanda sempat
diselingi oleh pemerintahan interregnum (pengantara) Inggris di bawah
Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles.
Karena itulah, secara tegas dan tanpa tedeng aling-aling,
kita harus mengoreksi dan mensosialisasikan bahwa bangsa dan negara
Indonesia tidak pernah dijajah oleh negara mana pun apalagi oleh Belanda
selama 350 tahun. Karena yang mereka kuasai adalah kerajaan-kerajaan
yang pernah eksis di wilayah Indonesia sekarang. Itu pun, tak boleh
digeneralisasi secara kolektif 350 tahun. Sebab kerajaan-kerajaan
tersebut tidak ditundukkan dalam waktu yang bersamaan. Tetapi secara
berturut-turut selama dalam waktu kurang lebih 300 tahun.
Indonesia dijajah hanya 4 tahun?
Beberapa sejarawan, bahkan berani menyebut penjajahan
Belanda atas Indonesia hanya 4 tahun (1945-1949), yakni melalui agresi
militer Belanda I dan II, juga pergolakan di daerah-daerah. Apa sebab?
Sebelum 1945, secara de facto dan de jure, memang Republik Indonesia
belum ada. Logika historisnya, nama Indonesia sendiri baru disebut-sebut
di kalangan ilmuwan ketika seorang etnolog Jerman bernama Adolf Bastian
(1826-1905) menulis sebuah buku berjudul “Indonesien oder die Inseln
des Malayischen Archipel” (Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan
Melayu).
Sebelum 1945, wilayah Indonesia memang dikenal sebagai
Hindia Belanda. Artinya India milik Belanda. Itu untuk membedakan dengan
Hindia Barat atau India yang dimiliki Inggris. Dua nama itu murni hasil
kesepakatan antara bangsa penjajah semata. Dan jauh sebelum ada nama
Hindia Belanda, kawasan kita lebih dikenal sebagai Nusantara (artinya di
antara pulau-pulau). Secara resmi, negara Republik Indonesia sendiri
baru terbentuk sejak diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Jika
terbentuknya saja baru tahun 1945, lantas kapan pula Belanda pernah
menjajah Indonesia selama 350 tahun? Ah, tapi sudahlah. Mungkin saat ini
masyarakat belum bisa mendalami fakta dan logika sejarah itu.***
*Saat ini menjabat sebagai Sekjen HIMMPAS UI 2015-2016
Comments